Dari Survey hingga Membangun Lantai Dasar
oleh: Miswadi (Team Leader Program Biogas ISEC)
Pengantar
Dalam aplikasi pembangunan reaktor biogas di daerah lahan gambut terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk dilakukan agar konstruksi yang dibangun menjadi kokoh dan dapat berfungsi dengan baik. Langkah-langkah ini setidaknya memperhatikan kondisi yang selama ini juga dilakuka oleh masyarakat tempatan dalam membangun konstruksi beton di lahan gambut. Program ini diaplikasikan di Teluk Meranti yang pada umumnya adalah lahan gambut dengan kelompok sasaran adalah Kelompok Perempuan Suka Maju dengan dukungan EEP Indonesia, ISEC, dan Universitas Diponegoro Semarang.
oleh: Miswadi (Team Leader Program Biogas ISEC)
Pengantar
Dalam aplikasi pembangunan reaktor biogas di daerah lahan gambut terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk dilakukan agar konstruksi yang dibangun menjadi kokoh dan dapat berfungsi dengan baik. Langkah-langkah ini setidaknya memperhatikan kondisi yang selama ini juga dilakuka oleh masyarakat tempatan dalam membangun konstruksi beton di lahan gambut. Program ini diaplikasikan di Teluk Meranti yang pada umumnya adalah lahan gambut dengan kelompok sasaran adalah Kelompok Perempuan Suka Maju dengan dukungan EEP Indonesia, ISEC, dan Universitas Diponegoro Semarang.
1. Survey kawasan
Teluk Meranti adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Pelalawan, Riau, Indonesia dengan keadaan alamnya berupa dataran rendah berawa-rawa dengan lahan gambut yang cukup luas. Wilayah Teluk meranti dibelah oleh aliran Sungai Kampar yang bermuara ke Selat Malaka. Sepanjang aliran sungai tersebut membentang hutan lebat tropis yang sangat luas di kedua sisi sungai tersebut.
Teluk Meranti dikenal dengan fenomena alamnya berupa ombak bono yang terdapat di Sungai Kampar. Pada zaman dahulu ombak bono sangat ditakuti oleh masyarakat dan para pelayar yang memasuki kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan kuatnya hempasan dari ombak tersebut yang mampu menghancurkan perahu-perahu pelayar. Setelah kedatangan tim ekspedisi penjelajah sungai, fenomena tersebut dijadikan sebagai objek surfing para peselancar. Hingga sekarang banyak peselancar dunia maupun dari Indonesia yang menjajal kedahsyatan ombak bono tersebut. Pada akhirnya, fenomena bono dijadikan objek wisata andalan di Riau.
Lahan yang digunakan untuk pembangunan reaktor biogas tipe fixed dome terlihat bahwa kondisi lahannya adalah lahan gambut. Berdasarkan survey kemudian dilakukan pengukuran dan penandaan awal terhadap area kerja yang mesti dibangun. Selanjutnya kawasan dilakukan pembersihan lahan dan dilakukan penandaan ulang.
2. Penggalian lubang
Setelah pembersihan lahan
dan penandaan ulang, penggalian lubang dilakukan. Karena kondisi lokasi yang memiliki
banyak air, maka digunakan alat bantu mesin pompa air (robin sebutan masyarakat tempatan) untuk mengurangi
jumlah air yang menggenangi lubang galian dan memudahkan dalam pengerjaan
penggalian. Kendala lain yang ditemui
pada titik ini adalah bahwa pada lubang galian tersebut terdapat akar dan tunggul
kayu yang masih kuat mencengkeram dalam tanah sehingga
tidak mudah untuk diangkat. Untuk membersihkan akar-akar kayu ini digunakan
alat bantu berupa kapak dan sinso (chainsaw).
Selama pengerjaan
penggalian lubang ini, terjadi kendala pada alat bantu diantaranya: mesin
pompa mengalami putus tali penarik kumparan, air sulit keluar karena sampah
masuk ke mesin pompa, mesin sinso mengalami lepas rantai, mata rantai sinso
yang cepat aus dan selalu harus member air tambahan untuk memancing pompa agar mampu
memompa air setiap kali mesin dihidupkan kembali.
3. Pemasangan dinding pengaman tebing
Pekerjaan selanjutnya yang dilakukan setelah penggalian lubang adalah memasang pengaman tebing. Pemasangan dinding pengaman tebing agar tanah-tanah di daerah tepian lubang yang merupakan tanah bekas galian tidak mengalami runtuh. Jika tanah mengalami runtuh maka dapat menyulitkan dalam proses pembangunan selanjutnya. Pemasangan pengaman tebing dibuat dari papan dan kayu bulat ataupun kayu beloti.
4. Pemasangan cerocok dan penimbunan pasir urug
Pemasangan cerocok pada dasar galian dilakukan untuk
memperkuat pondasi dasar bangunan. Pengerjaan pemasangan cerocok ini dilakukan
hanya dengan menggunakan tenaga manusia dan tidak menggunakan alat bantu
mekanis lain. Kayu-kayu bulat (jenis kayu mahang) yang berukuran 4
m, pada bagian ujungnya dibentuk runcing untuk memudahkan dalam menancapkan
kayu cerocok pada dasar tanah. Untuk membantu meruncingkan kayu ini digunakan
sinso dan kapak.
Cerocok ditancapkan kemudian ditekan dengan tenaga
manusia hingga pada batas yang tidak bisa ditekan lagi, kemudian digunakan alat
bantu berupa pemukul yang terbuat dari kayu hingga batas tertentu, selanjutnya
dibantu dengan palu berukuran berat ± 4 kg hingga benar-benar tidak dapat masuk
kedalam tanah. Setelah semua cerocok berhasil ditancapkan sesuai
dengan ukurannya, maka kayu-kayu cerocok tersebut dirapikan dengan memotong
bagian atasnya hingga rata dengan dasar galian. Alat untuk memotong ini
digunakan sinso. Untuk meratakan kayu cerocok agar rata dengan dasar galian
digunakan alat bantu berupa palu. Karena memasang dan menancapkan cerocok ini
menggunakan tenaga manusia, maka pada kondisi ini harus menggunakan tenaga
manusia yang relative banyak sehingga membutuhkan kerja secara bergotong
royong.
Cerocok yang ditanamkan sampai batas tertentu
diratakan bagian permukaannya dengan menggunakan alat bantu berupa chainsaw. Selanjutnya area lubang galian
ditimbun dengan tanah urug. Pasir yang digunakan adalah
pasir bono (pasir halus dari Sungai Kampar di wilayah setempat hasil
sedimentasi). Selama proses pengurugan pasir, mesin pompa air harus terus
dioperasikan untuk mengurangi jumlah air yang menggenangi lubang galian. Pasir bono sangat baik
digunakan karena dapat membuat tanah dasar galian menjadi padat dan cocok untuk
landasan dasar pembuatan lantai kerja.
5. Pembangunan lantai
kerja
Setelah tanah urug diratakan, dipasang mal untuk membangun lantai kerja. Lantai kerja dibuat dengan pengecoran tanpa rangka besi. Lantai kerja yang dibangun tidak dilapisi dengan rangka besi, tetapi hanya pengecoran beton saja. Bentuk yang dibuat berbentuk hexagonal dan dengan ketebalan pengecoran 12 cm. Campuran beton berupa semen, pasir dan kerikil. Ukuran pencampuran adalah (2-3-3) Setelah semen, pasir, dan kerikil dicampur dan diaduk rata, ditambahkan air secukupnya dan dibiarkan beberapa saat hingga pecampuran beton merata. Setelah itu pengecoran dilakukan. Selama pengecoran dilakukan, mesin pompa air tetap dioperasikan agar air tidak menggenangi daerah pengecoran.
Sebelum pengecoran dilakukan, dibuat cetakan berbentuk
hexagonal dari papan dan kayu agar adukan beton yang dituangkan pada saat
pengecoran tidak melimpah kemana-mana, dalam arti, bahan adukan beton dicor
pada bentuk cetakan yang dibuat tersebut. Alat bantu dalam pengecoran ini adalah gerobak sorong
untuk mengangkut pasir, kerikil dan bahan adukan. Untuk mengaduknya digunakan
cangkul. Untuk meratakan bahan cor digunakan raskam dan papan perata.
6. Pembangunan lantai
dasar
Pembangunan lantai dasar dengan pemasangan rangka besi terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengecoran dengan menggunakan campuran beton dengan kerikil. Rangka besi digunakan untuk membuat lantai kerja agar kokoh. Rangkaian rangka besi dibuat sebanyak dua lembar rangkaian. Selanjutnya besi yang sudah dirangkai disusun ke dasar lantai kerja dan disusun bersilangan. Setelah rangka besi disusun di lantai kerja, dilakukan pengecoran. Selama masa pengecoran dilakukan, mesin pompa tetap dioperasikan agar air tidak menggenangi daerah pengecoran. Dan dipertahan selama ± 2 jam setelah pengecoran selesai dilakukan.
Setelah tahapan pembangunan lantai dasar selesai, maka langkah berikutnya adalah dengan melanjutkan pembangunan dome utama.(msd/12.4.2013/bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar