Pangkalankerinci, 5 Oktober 2011
Kerusakan pesisir tidak hanya diakibatkan oleh aktivitas di daerah pesisir maupun ancaman kerusakan secara alami yang terjadi di wilayah pesisir. Akan tetapi aktivitas di daerah hulu juga menyumbangkan peran yang cukup besar terhadap kerusakan yang terjadi di wilayah pesisir.
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau melalui kegiatan “Sosialisasi Masyarakat Dalam Pengendalian Kerusakan Pesisir” ditaja kembali untuk wilayah Kabupaten Pelalawan. Dengan mengambil lokasi di Desa Petodaan Kecamatan Teluk Meranti. Desa Petodaan merupakan desa yang terletak di pinggiran Sungai Kampar, berjarak 30 km dari pusat kecamatan dan 100 km dari pusat Kabupaten (sumber:monografi desa). Desa ini berada di sekeliling perusahaan besar seperti PT. RAPP (pulp and paper) PT. Rimba Mutiara (penanaman akasia) dan PT Mekar Sari (perkebunan kelapa sawit).
Pada masa dulunya, menurut penuturan yang disampaikan oleh Bapak M. Ya’kub (Kepala Desa Petodaan 1968-1981) bahwa masyarakat di daerah ini adalah nelayan sungai, memiliki kebun kelapa. Akan tetapi sejak masuknya perusahaan-perusahaan besar yang melakukan aktivitasnya di sekitar daerah ini, saat ini dapat dilihat bahwa kelapa banyak yang mati akibat serangan kumbang, nelayan sudah banyak berkurang karena sumberdaya perikanan sungai juga menurun. Jalan menuju desa ini juga masih belum membaik kondisinya, padahal desa ini juga menjadi lintasan bagi masyarakat yang akan melihat fenomena bono setiap tahunnya.
Desa yang berpenduduk sekitar 700 jiwa dan lebih dari 200 KK ini sekarang dikepalai oleh Bapak Habibi (2009-sekarang) yang sebelumnya dikepalai oleh Bapak Ibrahim (1981-2009). Desa ini masih membutuhkan sentuhan dan perhatian Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangannya, baik infrastruktur maupun bantuan pengembangan ekonomi masyarakat.
Berada di pinggiran Sungai Kampar, banjir hampir setiap tahun dirasakan masyarakat desa ini. Di sepanjang kawasan pinggiran sungai di desa ini hanya ditumbuhi vegetasi belukar, sehingga erosi, walaupun dalam skala kecil tetap saja terjadi setiap tahunnya mencapai 1 meter.
Melalui kegiatan ini, masyarakat diberikan pencerahan untuk melihat kembali kondisi desa dan merancang kembali bagaimana seharusnya. Berkaitan dengan pokok bahasan yang disampaikan, masyarakat dihimbau untuk dapat melakukan penanaman pepohonan di sepanjang pinggiran sungai di desa ini. Identifikasi terhadap jenis tumbuhan apa saja yang dahulunya pernah tumbuh dan menjadi pelindung bibir sungai perlu dilakukan. Menurut masyarakat setempat, jenis berombang dan nibung merupakan diantara jenis tumbuhan yang dahulu hidup di pinggiran sungai ini. Sehingga jika akan dilakukan penanaman kembali, setidaknya jenis tumbuhan tersebut yang direkomendasikan.
Bapak M. Yakub menuturkan bahwa program tanaman kehidupan seperti yang disampaikan pemerintah untuk peran perusahaan bagi masyarakat setempat masih belum berjalan dengan baik. Meskipun, sebagaimana disampaikan Kepala Desa, bahwa program community development perusahaan bagi desa ini, juga masih tetap dilakukan perusahaan walaupun dalam skala kecil seperti membantu sarana dan prasarana bagi rumah ibadah dan bantuan obat-obatan untuk kesehatan masyarakat.
Bapak Ir.Safrudin (BLH Prov. Riau) dan Miswadi, S.Pi (Yayasan Laksana Samudera) yang menjadi narasumber pada kegiatan ini menyarankan kepada masyarakat untuk mengkomunikasikan kembali dengan Pemerintah Derah (Kabupaten dan Provinsi) serta perusahaan sekitar dalam rangka pengembangan dan program pembangunan desa kedepannya. Peran Kepala Desa bersama tokoh masyarakat sangat diperlukan. Selama ini mungkin, strategi dalam mengkomunikasikan kebutuhan pembangunan untuk desa ini yang belum tepat, sehingga kedepannya Kepala Desa harus proaktif untuk menjalin hubungan yang baik dengan Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan dan kemajuan Desa Petodaan.(miswadi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar