Pages

Jumat, 12 April 2013

Pembangunan Reaktor Biogas Tipe Fixed Dome di Lahan Gambut (Bagian-1)

Dari Survey hingga Membangun Lantai Dasar
oleh: Miswadi (Team Leader Program Biogas ISEC)

Pengantar

Dalam aplikasi pembangunan reaktor biogas di daerah lahan gambut terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk dilakukan agar konstruksi yang dibangun menjadi kokoh dan dapat berfungsi dengan baik. Langkah-langkah ini setidaknya memperhatikan kondisi yang selama ini juga dilakuka oleh masyarakat tempatan dalam membangun konstruksi beton di lahan gambut. Program ini diaplikasikan di Teluk Meranti yang pada umumnya adalah lahan gambut dengan kelompok sasaran adalah Kelompok Perempuan Suka Maju dengan dukungan EEP Indonesia, ISEC, dan Universitas Diponegoro Semarang.

1. Survey kawasan

Teluk Meranti adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Pelalawan, Riau, Indonesia dengan keadaan alamnya berupa dataran rendah berawa-rawa dengan lahan gambut yang cukup luas. Wilayah Teluk meranti dibelah oleh aliran Sungai Kampar yang bermuara ke Selat Malaka. Sepanjang aliran sungai tersebut membentang hutan lebat tropis yang sangat luas di kedua sisi sungai tersebut.

Teluk Meranti dikenal dengan fenomena alamnya berupa ombak bono yang terdapat di Sungai Kampar. Pada zaman dahulu ombak bono sangat ditakuti oleh masyarakat dan para pelayar yang memasuki kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan kuatnya hempasan dari ombak tersebut yang mampu menghancurkan perahu-perahu pelayar. Setelah kedatangan tim ekspedisi penjelajah sungai, fenomena tersebut dijadikan sebagai objek surfing para peselancar. Hingga sekarang banyak peselancar dunia maupun dari Indonesia yang menjajal kedahsyatan ombak bono tersebut. Pada akhirnya, fenomena bono dijadikan objek wisata andalan di Riau.

  
Lahan yang digunakan untuk pembangunan reaktor biogas tipe fixed dome terlihat bahwa kondisi lahannya adalah lahan gambut. Berdasarkan survey kemudian dilakukan pengukuran dan penandaan awal terhadap area kerja yang mesti dibangun. Selanjutnya kawasan dilakukan pembersihan lahan dan dilakukan penandaan ulang.

2. Penggalian lubang

Setelah pembersihan lahan dan penandaan ulang, penggalian lubang dilakukan. Karena kondisi lokasi yang memiliki banyak air, maka digunakan alat bantu mesin pompa air (robin sebutan masyarakat tempatan) untuk mengurangi jumlah air yang menggenangi lubang galian dan memudahkan dalam pengerjaan penggalian. Kendala lain yang ditemui pada titik ini adalah bahwa pada lubang galian tersebut terdapat akar dan tunggul kayu yang masih kuat mencengkeram dalam tanah sehingga tidak mudah untuk diangkat. Untuk membersihkan akar-akar kayu ini digunakan alat bantu berupa kapak dan sinso (chainsaw). 

Selama pengerjaan penggalian lubang ini, terjadi kendala pada alat bantu diantaranya: mesin pompa mengalami putus tali penarik kumparan, air sulit keluar karena sampah masuk ke mesin pompa, mesin sinso mengalami lepas rantai, mata rantai sinso yang cepat aus dan selalu harus member air tambahan untuk memancing pompa agar mampu memompa air setiap kali mesin dihidupkan kembali.



3. Pemasangan dinding pengaman tebing

Pekerjaan selanjutnya yang dilakukan setelah penggalian lubang adalah memasang pengaman tebing. Pemasangan dinding pengaman tebing agar tanah-tanah di daerah tepian lubang yang merupakan tanah bekas galian tidak mengalami runtuh. Jika tanah mengalami runtuh maka dapat menyulitkan dalam proses pembangunan selanjutnya. Pemasangan pengaman tebing dibuat dari papan dan kayu bulat ataupun kayu beloti.



4. Pemasangan cerocok dan penimbunan pasir urug


Pemasangan cerocok pada dasar galian dilakukan untuk memperkuat pondasi dasar bangunan. Pengerjaan pemasangan cerocok ini dilakukan hanya dengan menggunakan tenaga manusia dan tidak menggunakan alat bantu mekanis lain. Kayu-kayu bulat (jenis kayu mahang) yang berukuran 4 m, pada bagian ujungnya dibentuk runcing untuk memudahkan dalam menancapkan kayu cerocok pada dasar tanah. Untuk membantu meruncingkan kayu ini digunakan sinso dan kapak. 
Cerocok ditancapkan kemudian ditekan dengan tenaga manusia hingga pada batas yang tidak bisa ditekan lagi, kemudian digunakan alat bantu berupa pemukul yang terbuat dari kayu hingga batas tertentu, selanjutnya dibantu dengan palu berukuran berat ± 4 kg hingga benar-benar tidak dapat masuk kedalam tanah. Setelah semua cerocok berhasil ditancapkan sesuai dengan ukurannya, maka kayu-kayu cerocok tersebut dirapikan dengan memotong bagian atasnya hingga rata dengan dasar galian. Alat untuk memotong ini digunakan sinso. Untuk meratakan kayu cerocok agar rata dengan dasar galian digunakan alat bantu berupa palu. Karena memasang dan menancapkan cerocok ini menggunakan tenaga manusia, maka pada kondisi ini harus menggunakan tenaga manusia yang relative banyak sehingga membutuhkan kerja secara bergotong royong.
Cerocok yang ditanamkan sampai batas tertentu diratakan bagian permukaannya dengan menggunakan alat bantu berupa chainsaw. Selanjutnya area lubang galian ditimbun dengan tanah urug. Pasir yang digunakan adalah pasir bono (pasir halus dari Sungai Kampar di wilayah setempat hasil sedimentasi). Selama proses pengurugan pasir, mesin pompa air harus terus dioperasikan untuk mengurangi jumlah air yang menggenangi lubang galian. Pasir bono sangat baik digunakan karena dapat membuat tanah dasar galian menjadi padat dan cocok untuk landasan dasar pembuatan lantai kerja.

5. Pembangunan lantai kerja

Setelah tanah urug diratakan, dipasang mal untuk membangun lantai kerja. Lantai kerja dibuat dengan pengecoran tanpa rangka besi. Lantai kerja yang dibangun tidak dilapisi dengan rangka besi, tetapi hanya pengecoran beton saja. Bentuk yang dibuat berbentuk hexagonal dan dengan ketebalan pengecoran 12 cm. Campuran beton berupa semen, pasir dan kerikil. Ukuran pencampuran adalah (2-3-3) Setelah semen, pasir, dan kerikil dicampur dan diaduk rata, ditambahkan air secukupnya dan dibiarkan beberapa saat hingga pecampuran beton merata. Setelah itu pengecoran dilakukan. Selama pengecoran dilakukan, mesin pompa air tetap dioperasikan agar air tidak menggenangi daerah pengecoran.

Sebelum pengecoran dilakukan, dibuat cetakan berbentuk hexagonal dari papan dan kayu agar adukan beton yang dituangkan pada saat pengecoran tidak melimpah kemana-mana, dalam arti, bahan adukan beton dicor pada bentuk cetakan yang dibuat tersebut. Alat bantu dalam pengecoran ini adalah gerobak sorong untuk mengangkut pasir, kerikil dan bahan adukan. Untuk mengaduknya digunakan cangkul. Untuk meratakan bahan cor digunakan raskam dan papan perata. 

6. Pembangunan lantai dasar


Pembangunan lantai dasar dengan pemasangan rangka besi terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengecoran dengan menggunakan campuran beton dengan kerikil. Rangka besi digunakan untuk membuat lantai kerja agar kokoh. Rangkaian rangka besi dibuat sebanyak dua lembar rangkaian. Selanjutnya besi yang sudah dirangkai disusun ke dasar lantai kerja dan disusun bersilangan. Setelah rangka besi disusun di lantai kerja, dilakukan pengecoran. Selama masa pengecoran dilakukan, mesin pompa tetap dioperasikan agar air tidak menggenangi daerah pengecoran. Dan dipertahan selama ± 2 jam setelah pengecoran selesai dilakukan.



Setelah tahapan pembangunan lantai dasar selesai, maka langkah berikutnya adalah dengan melanjutkan pembangunan dome utama.(msd/12.4.2013/bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar