Pages

Jumat, 19 April 2013

Pembangunan Reaktor Biogas Tipe Fixed Dome di Lahan Gambut (Bagian-3)

Pekerjaan Pembangunan Dome, Inlet dan Outlet
oleh: Miswadi (Team Leader Program Biogas ISEC)

8. Pengecoran Dome

Pekerjaan pembangunan dome utama dilakukn setelah pembuatan cetakan (mal) terlebih dahulu, kemudian dibuat rangka besi, lalu dilakukan pengecoran. Pembesian untuk dome utama juga mengikut pada cetakan dome. Pertama pembesian dinding setinggi 40 cm yang menyatu dengan pembesian lantai dome. Kedua pembesian dome bagian atas hingga manhole. Pembesian dibuat dalam dua rangkap (double) dan diantara lembaran rangka besi diberi besi spiral sebagai penyekat antara lembaran rangka besi yang satu dengan yang berikutnya.

Pengecoran dilakukan setelah pemasangan (setting) cetakan dan rangka besi. Setelah pengecoran selesai dilakukan, dengan catatan tidak terputus waktu pengecoran, maka dapat dilakukan pembongkaran cetakan setelah minimal 21 hari lamanya. Pengecoran dilakukan, pertama untuk dinding setinggi 40 cm, kedua untuk bagian dome utama hingga manhole. Dalam tindakan pengecoran tidak boleh terputus-putus, untuk menghindari terjadinya kebocoran konstruksi.

Pekerjaan pembuatan manhole berbarengan dengan pembangunan dome utama, sehingga pengecoran bisa menyatu. Untuk pekerjaan ini dilakukan dengan membuat cetakan terlebih dahulu kemudian dibuat rangka besi dan dilakukan pengecoran.

Cetakan mal untuk lubang manhole untuk bagian dalam dirangkai dari triplek dan menggunakan kayu sekor agar kuat. Kemudian bagian luar dirangkai dari plat seng aluminium agar dapat membentuk membundar. Diameter lubang bagian dalam 60 cm, dan ketebalan mengikut pada ketebalan dome. Tinggi manhole 60 cm. Kemudian dipasang pipa paralon ¾” untuk pipa saluran pengeluaran gas nantinya, dan harus dipasang terlebih daluhulu sebelum dilakukan pengecoran.

Pembesian dilakukan dalam bentuk rangkap dan mengikut pada bentuk dan ukuran manhole. Setelah setting cetakan mal untuk lubang manhole, maka dilakukan pengecoran. Takaran material yang digunakan sama dengan pengecoran sebelumnya. Masa pembongkaran terhadap mal bagian dalam manhole akan sama waktunya dengan mal bagian dalam dome utama.


Gambar tersebut menunjukkan hasil pengerjaan dome utama hingga manhole. Pengecoran pada dome utama harus terpasang pipa inlet dan outlet serta pipa distribusi gas pada manhole terlebih dahulu.

9. Pembangunan inlet

9.1. Pembangunan tapak

Melihat kondisi lapangan, dan hasil dari konstruksi dome utama, maka model pembangunan inlet dirancang kembali. Luas 100 x 100 cm untuk membangun inlet, kemudian diberikan tambahan luasan untuk tangga dan area kerja. Selanjutnya dinaikkan batako setinggi 130 cm sebelum dibangun lantai dasar inlet.Lantai kerja dibangun pada luas 100 x 100 cm yang sebelumnya dilakukan penggalian dan perataan tanah kemudian diberikan papan mal di sekelilingnya, dipasang cerocok dan dilakukan penimbunan pasir urug. Setelah itu dilakukan pengecoran tanpa pembesian. Setelah kering dipasang batako pada keliling luasan area tersebut setinggi 130 cm dan diplester bagian luarnya.


9.2. Pembangunan lantai dasar hingga inlet

Setelah pembuatan lantai kerja dilanjutkan dengan penambahan area kerja dan pembangunan tangga. Dipasang cerocong yang cukup rapat dengan tinggi diatas permukaan tanah adalah 130 cm. kemudian dilakukan pengurugan pasir, dirapikan dan diplester bagian luarnya. Setelah terbentuk konstruksi lantai kerja, tangga dan area kerja inlet, maka dilakukan pembuatan lantai dasar inlet yang dicor menyatu antara lantai dasar inlet dengan area kerja inlet. Sebelumnya dipasang papan mal untuk memudahkan dalam pengecoran lantai dasar inlet.

Pemasangan batu bata secara membundar setelah setting out diatas lantai dasar. Banngunan inlet diberikan lubang pemasukan bahan baku untu lubang inlet kearah dome utama dan diberikan kotak kontrol. Bangunan inlet diplester bagian luar dan dalamnya untuk memudahkan nantinya alat pengaduk bahan baku bekerja. Disamping itu, plester juga untuk memperkuat konstruksi dan menjaga kerapian kerja.


10. Pembangunan outlet

10.1. Pembangunan tapak

Bentuk outlet yang akan dibangun berukuran 220 x 220 cm. Setting out dilakukan untuk outlet dengan ukuran tersebut dengan batas berada tepat pada ujung lubang outlet kearah bagian luar. Ukuran bujur sangkar tersebut untuk membangun lantai dasar dome. Kemudian dome akan dibuat membundar dengan diameter 200 cm dengan tinggi 60 cm dan nantinya dibuat lubang penutup berukuran 50 x 50 cm. Pada outlet juga dibuat lubang overflow.

Tanah hanya digali sedikit kemudian diratakan untuk membangun lantai kerja kemudian dilakukan pemasangan batako. Setelah perataan tanah, pemasangan cerocok dilakukan pada ukuran luas 220 x 220 cm. Setelah pemasangan cerocok, dibuat pula pembatas area kerja outlet dengan papan disekelilingnya. Setelah itu, dilakukan penimbunan pasir urug, dan selanjutnya dilakukan pembuatan lantai kerja. Pengurugan pasir dilakukan untuk meratakan dasar lantai kerja sebelum dilakukan pengecoran. Setelah pemasangan cerocok dan pengurugan pasir pada area outlet, dilakukan pembuatan lantai kerja untuk nantinya sebagai dasar menaikkan batako. Pembuatan lantai kerja dibuat dan dicor tanpa pembesian. Ukuran ketebalan sama dengan ketebalan lantai dome utama.


10.2. Pembangunan lantai dasar hingga outlet

Setelah pembuatan lantai kerja dan pemasangan batako, dilakukan pengurugan pasir. Bagian luar konstruksi batako dilakukan plester. Kemudian dibuat lantai dome outlet. Lantai dome outlet dicor tanpa pembesian. 

Setelah pembuatan lantai dome outlet yang berbentuk persegi, kemudian dilakukan setting out membundar dengan ukuran diameter 200 cm diatas lantai dasar dome outlet. Setelah setting out dilakukan, dilanjutkan dengan pemasangan batu bata outlet dengan tinggi 60 cm. Bentuk rancangan awal dari outlet sama dengan dome utama. Akan tetapi karena kondisi lapangan dan kerumitan rancangan maka disepakati pembuatan outlet hanya berbentuk dinding membundar saja dan tegak lurus. Sehingga dalam konstruksi ini tidak membutuhkan cetakan mal akan tetapi hanya menggunakan batu bata yang dipasang secara membundar setinggi 60 cm. Kemudian diplester bagian luar dan dalamnya.

Setelah pembuatan dinding dome outlet selesai, lengkap dengan lubang overflow, dilanjutkan dengan pembuatan tutup atas dengan dilengkapi pembesian. Tutup atas dicor menyatu seluruhnya dengan dinding outlet. Dan disisakan lubang berbentuk persegi dengan ukuran 50 x 50 cm di bagian tengahnya. Lubang overflow tidak ditutup dan dibiarkan terbuka sebagai control dari kelimpahan limbah hasil biogas di dome utama.

Pembuatan rangka cetakan hanyalah untuk pengecoran membuat tutup bagian atas dome outlet dan dibuat lubang kontrol dari dome outlet bagian atas. Pembesian dilakukan untuk membuat tutup bagian atas dan membuat lubang control dome outlet. Pengecoran juga dilakukan dalam pekerjaan membuat penutup dari dome outlet bagian atas.


11. Finishing manhole

Untuk finishing manhole, pengerjaan yang dilakukan adalah membuat penutup. Desaign lubang dirapikan terlebih dahulu untuk dapat membuat sekat penutup agar mampu terhambat nantinya jika penutup diletakkan.


Penutup dibuat di area terpisah, dibuat se-ukuran dengan desaign dalam lubang manhole. Rangka penutup manhole dibuatkan rangka besi lalu dicor, tetapi terlebih dahu diletakkan pipa paralon ¾” dibagian atas untuk pipa kontrol terhadap produksi gas.

Hasil Akhir Pembangunan

Hasil akhir dari pembangunan reaktor biogas sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya langkah-langkahnya adalah sebagaimana gambar berikut:


Desaign kontruksi yang telah disesuaikan dengan perubahan aplikasi pembangunan reaktor sebagaimana ditampilkan berikut.


(msd/19.04.2013/bersambung)

PENGELOLAAN KEUANGAN KOPERASI PERIKANAN PANTAI MADANI

POLA AKUNTANSI KOPERASI
oleh Miswadi (Mangrove Research Institute/Konsultan Pendamping Koperasi)

Proses akuntansi koperasi

Proses akuntansi adalah proses pengolahan data keuangan sejak terjadinya transaksi, kemudian transaksi ini memiliki bukti yang sah sebagai dasar terjadinya transaksi. Berdasarkan data atau bukti ini maka data transaksi di-input ke proses pengolahan data sehingga menghasilkan output berupa laporan keuangan. Proses akuntansi yang dilakukan oleh Koperasi Perikanan Pantai Madani secara sederhana dapat ditunjukkan pada gambar berikut.


Gambar 1.
Proses Akuntansi pada Koperasi Perikanan Pantai Madani

Transaksi yang terjadi dicatat pada buku-buku yang dibuat koperasi sesuai dengan jenis transaksinya. Untuk transaksi penjualan dicatat pada buku penjualan, begitu pula dengan transaksi-transaksi lainnya berupa transaksi yang bekaitan dengan persediaan, kas, piutang, simpanan dan pinjaman. Kondisi ini terjadi pada unit-unit usaha koperasi.

Kemudian dari pencatatan tersebut dirangkum dalam rekapitulasi pencatatan keuangannya. Sebagai contoh, rekapitulasi pada buku kas akan terdiri dari pemasukan kas sesuai dengan jenis transsaksinya, beban-beban usaha sesuai dengan jenis bebannya seperti biaya transportasi, biaya komunikasi dan sebagainya, dirangkum selengkap mungkin untuk dapat merangkum akun-akun yang dapat memberikan informasi lengkap. 

Format pencatatan pada masing-masing buku yang dibuat koperasi adalah berbeda-beda. Berikut diuraikan format pencatatan pada masing-masing buku pada Koperasi Perikanan Pantai Madani.

Format pencatatan buku kas

Format pencatatan pada buku kas memuat informasi tentang urutan transaksi, tanggal transaksi, uraian transaksi, nomor akun, jumlah penerimaan (debet), jumlah pengeluaran (kredit), dan selisih penerimaan dan pengeluaran (saldo). Format pencatatan buku kas ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 2.
Format Pencatatan Buku Kas


Keterangan untuk No adalah penomoran secara urut berdasarkan urutan terjadinya transaksi. Tanggal adalah tanggal terjadinya transaksi. Uraian adalah jenis transaksi yang terjadi. No Akun adalah akun-akun yang ditentukan oleh koperasi untuk memberikan batasan atau mengelompokkan jenis-jenis transaksi. Debet adalah jenis transaksi masuk (penerimaan kas) tercatat dalam satuan rupiah. Kredit adalah jenis transaksi keluar (pengeluaran kas) dalam satuan rupiah. Saldo adalah posisi keuangan akhir transaksi. Format ini menggunakan persamaan matematis penjumlahan dan pengurangan yang sederhana. Pola pencatatan ini dikenal dengan pencatatan model saldo berjalan dengan single entry. Penjelasannya sebagaimana tabel berikut:




SALDO
baris pertama


=debet1
baris kedua


=saldo1 + debet2 – kredit2
baris ketiga


=saldo2 + debet3 – kredit3
dst


dst
Format pencatatan buku penjualan

Format pencatatan yang dilakukan koperasi pada buku penjualan adalah pencatatan sederhana yang memuat informasi tentang tanggal transaksi, jenis barang terjual, jumlah barang terjual, harga beli (harga pokok penjualan), jumlah penjualan berdasarkan harga beli, harga jual (pendapatan), jumlah penjualan berdasarkan harga jual dan pendapatan kotor (selisih jumlah penjualan berdasarkan harga jual dengan jumlah penjualan berdasarkan harga beli). Format pencatatan buku penjualan ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 3.
Format Pencatatan Buku Penjualan


Penjelasannya yaitu No adalah nomor urut penjualan. Tanggal adalah tanggal terjadinya transaksi penjualan. Jenis Barang adalah jenis barang yang terjual. Banyaknya adalah jumlah barang yang terjual. Satuan berupa sebutan kelompok barang yang berupa kilogram, liter, buah, helai dan sebagainya. Harga Beli adalah harga pembelian barang. Total-1 adalah jumlah penjualan barang pada transaksi tersebut dalam rupiah (perkalian antara banyak penjualan dengan harga beli). Harga Jual adalah harga penjualan barang yang ditetapkan koperasi. Total-2 adalah jumlah penjualan barang pada transaksi tersebut dalam rupiah (perkalian antara banyak penjualan dengan harga jual). Pendapatan Kotor adalah selisih jumlah penjualan berdasarkan harga jual dengan jumlah penjualan berdasarkan harga beli.

Format pencatatan buku piutang

Format pencatatan pada buku piutang menampilkan informasi piutang yang diberikan dan piutang yang dibayarkan. Format pencatatannya hampir sama dengan format pencatatan buku kas. Masing-masing orang (anggota/bukan anggota) memiliki satu pencatatan tersendiri. Format pencatatan buku piutang ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 4.
Format Pencatatan Buku Piutang


Untuk keterangan nomor, tanggal, uraian, nomor akun, debet, kredit dan saldo sama dengan penjelasan pada format buku kas, namun pada kasus ini adalah lebih kepada kasus piutang. Dalam buku piutang, transaksi yang terjadi adalah transaksi pemberian piutang dan transaksi pembayaran piutang serta transaksi piutang pada awal bulan. Transaksi pembayaran piutang diletakkan pada kolom kredit (mengurangi jumlah piutang), sementara transaksi pemberian piutang diletakkan pada kolom debet (menambah jumlah piutang).

Format pencatatan buku persediaan

Format pencatatan pada buku persediaan menampilkan informasi tentang tanggal persediaan dibeli, jenis persediaan, jumlah persediaan, harga pembelian persediaan dan jumlah persediaan dalam rupiah. Format buku persediaan sebagaimana disajikan pada gambar berikut.

Gambar 5.
Format Pencatatan Buku Persediaan


Keterangan untuk No adalah nomor urut pembelian persediaan. Tanggal adalah tanggal terjadinya transaksi pembelian persediaan. Jenis Barang adalah jenis barang atau persediaan yang dibeli. Banyaknya adalah jumlah barang atau persediaan yang dibeli. Satuan berupa sebutan kelompok barang yang berupa kilogram, liter, buah, helai dan sebagainya. Harga adalah harga pembelian barang persediaan. Total adalah jumlah pembelian barang atau persediaan pada transaksi tersebut dalam rupiah (perkalian antara banyaknya pembelian persediaan dengan harga).

Format pencatatan buku simpanan

Format pencatatan buku simpanan menampilkan informasi tentang simpanan masing-masing anggota pada koperasi yang terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela, sebagaimana gambar berikut.

Gambar 6.
Format Pencatatan Buku Simpanan


Untuk keterangan nomor, tanggal, uraian, nomor akun, debet, kredit dan saldo sama dengan penjelasan pada format buku kas ataupun buku piutang, namun pada kasus ini adalah lebih kepada kasus simpanan. Dalam buku simpanan, transaksi yang terjadi adalah transaksi pembayaran simpanan dan transaksi penarikan simpanan.

Transaksi pembayaran simpanan terjadi untuk jenis simpanan pokok (hanya satu kali), pembayaran simpanan wajib (setiap bulan idealnya) dan pembayaran simpanan sukarela (sewaktu-waktu). Sementara transaksi penarikan simpanan hanya terjadi untuk simpanan sukarela, karena simpanan pokok dan simpanan wajib hanya boleh dilakukan penarikan jika anggota telah berhenti atau diberhentikan dari keanggotaan koperasi.

Untuk pembayaran simpanan diletakkan pada kolom debet (menambah jumlah simpanan), sementara transaksi penarikan simpanan diletakkan pada kolom kredit (mengurangi jumlah simpanan). Pada setiap awal dan akhir bulan harus direkapitulasi jenis simpanan anggota tersebut, sehingga baris 1, 2 dan 3 berisi tentang masing-masing jumlah jenis simpanan anggota, begitu pula baris 1, 2 dan 3 dari baris akhir buku catatan.

Format pencatatan buku pinjaman

Format pencatatan pada buku pinjaman menampilkan informasi tentang jumlah pinjaman dan angsuran yang dilakukan oleh masing-masing debitur. Format pencatatannya hampir sama dengan pencatatan pada buku kas dan buku piutang yaitu menggunakan model saldo berjalan. Pada kasus ini adalah untuk pencatatan pinjaman yang diperuntukkan untuk masing-masing debitur.

Transaksi yang terjadi dalam pencatatan pinjaman adalah pemberian pinjaman, terjadi satu kali pada saat awal penyaluran pinjaman oleh koperasi kepada debitur. Kemudian dilanjutkan dengan pembayaran angsuran pinjaman oleh debitur sesuai dengan tenggat waktunya.

Perbedaan piutang dengan pinjaman menurut persepsi koperasi adalah bahwa piutang diberikan tanpa plafond (sesuai kemampuan dan kesediaan koperasi), tanpa batas tempo (dapat dibayar sewaktu-waktu), ada tidak ada kewajiban membayar jasa serta tidak menggunakan persyaratan administrasi. Sementara pinjaman diberikan atas dasar pengajuan, berdasarkan plafond, memiliki aturan tersendiri, menggunakan persyaratan administrasi, memiliki batas waktu pembayaran, ada angsuran yang ditetapkan berdasaarkan jumlah dan waktu pembayaran, dan memiliki kewajiban membayar jasa pinjaman. Format pencatatan buku pinjaman sebagaimana gambar berikut.

Gambar 7.
Format Pencatatan Buku Pinjaman


Dalam buku pinjaman, transaksi yang terjadi adalah transaksi pemberiaan pinjaman, dicatat pada kolom kredit (menambah jumlah pinjaman) dan transaksi pembayaran angsuran pinjaman dicatat pada kolom debet (mengurangi jumlah pinjaman). (msd/19.04.2013/koperasi)

Rabu, 17 April 2013

Pembangunan Reaktor Biogas Tipe Fixed Dome di Lahan Gambut (Bagian-2)

Begisting Pembangunan Kubah Reaktor
oleh: Miswadi (Team Leader Program Biogas ISEC)

7. Begisting Dome Utama


Pembuatan begisting (cetakan) dibuat serapi mungkin dengan menggunakan papan dan triplek dan diperkuat dengan kayu. Karena bentuk dome yang dibangun berbentuk kubah membulat, maka dibutuhkan keahlian yang tinggi untuk membuat cetakan tersebut. Cetakan (mal) untuk dome utama dibuat dalam dua bentuk, yaitu: (1) cetakan untuk membentuk dinding dasar lantai dome setinggi 40 cm, (2) cetakan untuk membentuk dome bagian atas hingga manhole.


7.1. Begisting bagian dinding dasar dome

Cetakan untuk bagian dinding dasar dibuat dalam 6 segmen
sehingga jika disusun membentuk lingkaran.

7.2. Begisting rangka kubah dome

Cetakan untuk bagian atas dome hingga manhole dibuat per segmen terdiri dari 12 segmen
masing-masing segmen terdiri dari 2 rangka yang dirangkai dengan triplek
membentuk satu segmen

Selanjutnya, segemn-segmen begisting disusun di area pembangunan dome untuk kemudian dilanjutnya pengecoran bangunan dome, dan dibiarkan selama 28 hari, setelah itu dilakukan pembongkaran dan finishing dome sebelum selanjutnya dilakukan pembangunan inlet dan outlet.

Penyusunan begisting di area kerja, setelah semuanya terpasang, juga diletakkan pipa inlet dan outlet sebelum dilakukan pengecoran, karena pengecoran ddome menyatu juga dengan pemasangan pipa inlet dan outlet pada dome.(msd/18.4.2013/bersambung)







Jumat, 12 April 2013

Perkembangan Koperasi Perikanan Pantai Madani 2001-2012

Tiga Hal Untuk Melihat Perkembangan Koperasi
oleh: Miswadi (Mangrove Research Institute)


Perkembangan koperasi dapat dilihat dari perkembangan jumlah keanggotaan, perkembangan pendapatan usaha, asset maupun prestasi-prestasi yang diperoleh koperasi selama menjalankan aktivitasnya. Perkembangan ini mampu mencerminkan baik buruknya kiprah koperasi di tengah-tengah masyarakat dan dalam gerakan perkoperasian yang didorong oleh pemerintah untuk menopang perekonomian nasional.

1. Perkembangan keanggotaan

Perkembangan keanggotaan koperasi dapat menunjukkan penerimaan masyarakat akan hadirnya koperasi sehingga masyarakat dapat terlibat dalam keorganisasiannya atas dasar kesadaran atau motivasi minat usaha. Perkembangan keanggotaan Koperasi Perikanan Pantai Madani disajikan pada grafik berikut.

Grafik Perkembangan Keanggotaan Koperasi Tahun 2001-2012

Sumber: Laporan Tahunan Koperasi Perikanan Pantai Madani, 2001-2012

Dari grafik yang ditampilkan pada Gambar 2 tersebut menunjukan bahwa perkembangan jumlah keanggotaan koperasi belumlah secara signifikan menunjukkan minat masyarakat untuk terlibat dalam berkoperasi. Pada saat didirikan pada tahun 1999, koperasi ini beranggotakan sejumlah 25 orang masyarakat nelayan. Kemudian pada saat memulai pengoperasian usaha pada tahun 2001, anggota koperasi mulai bertambah menjadi 31 orang. Kemudian terus meningkat hingga tahun 2005 menjadi 54 orang, selanjutnya mengalami penurunan. Hingga tahun 2012, anggota koperasi bertahan pada jumlah 43 orang.

Koperasi Perikanan Pantai Madani lebih mementingkan kualitas dalam keanggotaan bukan kuantitas. Dalam artian bahwa jumlah nelayan yang semestinya menjadi anggota koperasi adalah secara signifikan menunjukan peningkatan pendapatan usaha. Nelayan yang menjadi anggota koperasi seharusnya menjual ikan hasil tangkapan kepada koperasi sehingga mampu menjadikan koperasi berkembang dalam perolehan pendapatan usaha.

Hal ini didasarkan pada sering terjadi ketidakkonsistenan anggota koperasi dalam menjual ikan hasil tangkapannya kepada koperasi. Pada musim-musim tertentu atau pada jenis-jenis ikan tertentu, terdapat anggota yang menjual ikan tidak kepada koperasi tetapi pada tengkulak lain yang ada di area kerja koperasi. Hal inilah yang menjadikan koperasi memberlakukan kebijakan ketat dalam menerima keanggotaan baru, sehingga nelayan yang mengajukan diri menjadi anggota koperasi adalah nelayan yang secara sadar memahami bahwa koperasi mampu menjadi wadah dalam meningkatkan perekonomian anggota terutama dalam memasarkan produk hasil tangkapan ikan nelayan.

2. Perkembangan perolehan usaha

Perkembangan usaha koperasi ditunjukkan pada perolehan pendapatan dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan penjualan barang dan jasa pada koperasi ini diantaranya adalah dari penjualan ikan, penjualan barang-barang suku cadang dan umum, penjualan bahan bakar minyak dan pendapatan jasa simpan pinjam. Perkembangan pendapatan usaha koperasi ditunjukkan pada grafik berikut.

Grafik Perkembangan Pendapatan Usaha Koperasi Tahun 2001-2012
Sumber: Laporan Tahunan Koperasi Perikanan Pantai Madani, 2001-2012

Dari grafik yang disajikan terlihat bahwa perolehan pendapatan usaha sejak 2001 terus mengalami peningkatan hingga tahun 2005. Mulai tahun 2006 terus mengalami penurunan hingga tahun 2009. Kemudian mulai meningkat kembali hingga tahun 2012. Selama 2001-2012, puncak perolehan pendapatan tertinggi adalah pada tahun 2005 sebesar Rp 1.501.118.108,-

3. Perkembangan asset

Perkembangan total asset koperasi setiap tahunnya dapat dilihat pada penyajian laporan neraca koperasi. Meskipun peningkatan ataupun penurunan total asset koperasi tidaklah menunjukkan perolehan pendapatan usaha yang juga mengalami peningkatan. Peningkatan asset koperaasi tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan usaha tetapi juga dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah kewajiban (hutang) dan pertambahan simpanan anggota. Namun yang lebih besar mempengaruhi adalah dari aspek kewajiban (hutang) koperasi. Untuk melihat perkembangan total asset Koperasi Perikanan Pantai Madani dapat dilihat dari grafik berikut.

Grafik Perkembangan Total Asset Koperasi Tahun 2001-2012
Sumber: Laporan Tahunan Koperasi Perikanan Pantai Madani, 2001-2012

Dari  grafik tersebut dapat tergambarkan bahwa perkembangan total asset koperasi senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan asset yang terjadi secara signifikan terjadi pada tahun 2004, dimana dana pinjaman MAP telah dihitung dalam keuangan koperasi sebesar Rp 250.000.000,- Sementara pada tahun 2009, terjadi penurunan asset meskipun tidak begitu besar karena pada kondisi tersebut terjadi penurunan pendapatan usaha terutama pada unit usaha perdagangan ikan dan telah terjadi kredit macet yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan usaha koperasi secara keseluruhan. (msd/12.04.2013/bds.p)


Pembangunan Reaktor Biogas Tipe Fixed Dome di Lahan Gambut (Bagian-1)

Dari Survey hingga Membangun Lantai Dasar
oleh: Miswadi (Team Leader Program Biogas ISEC)

Pengantar

Dalam aplikasi pembangunan reaktor biogas di daerah lahan gambut terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk dilakukan agar konstruksi yang dibangun menjadi kokoh dan dapat berfungsi dengan baik. Langkah-langkah ini setidaknya memperhatikan kondisi yang selama ini juga dilakuka oleh masyarakat tempatan dalam membangun konstruksi beton di lahan gambut. Program ini diaplikasikan di Teluk Meranti yang pada umumnya adalah lahan gambut dengan kelompok sasaran adalah Kelompok Perempuan Suka Maju dengan dukungan EEP Indonesia, ISEC, dan Universitas Diponegoro Semarang.

1. Survey kawasan

Teluk Meranti adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Pelalawan, Riau, Indonesia dengan keadaan alamnya berupa dataran rendah berawa-rawa dengan lahan gambut yang cukup luas. Wilayah Teluk meranti dibelah oleh aliran Sungai Kampar yang bermuara ke Selat Malaka. Sepanjang aliran sungai tersebut membentang hutan lebat tropis yang sangat luas di kedua sisi sungai tersebut.

Teluk Meranti dikenal dengan fenomena alamnya berupa ombak bono yang terdapat di Sungai Kampar. Pada zaman dahulu ombak bono sangat ditakuti oleh masyarakat dan para pelayar yang memasuki kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan kuatnya hempasan dari ombak tersebut yang mampu menghancurkan perahu-perahu pelayar. Setelah kedatangan tim ekspedisi penjelajah sungai, fenomena tersebut dijadikan sebagai objek surfing para peselancar. Hingga sekarang banyak peselancar dunia maupun dari Indonesia yang menjajal kedahsyatan ombak bono tersebut. Pada akhirnya, fenomena bono dijadikan objek wisata andalan di Riau.

  
Lahan yang digunakan untuk pembangunan reaktor biogas tipe fixed dome terlihat bahwa kondisi lahannya adalah lahan gambut. Berdasarkan survey kemudian dilakukan pengukuran dan penandaan awal terhadap area kerja yang mesti dibangun. Selanjutnya kawasan dilakukan pembersihan lahan dan dilakukan penandaan ulang.

2. Penggalian lubang

Setelah pembersihan lahan dan penandaan ulang, penggalian lubang dilakukan. Karena kondisi lokasi yang memiliki banyak air, maka digunakan alat bantu mesin pompa air (robin sebutan masyarakat tempatan) untuk mengurangi jumlah air yang menggenangi lubang galian dan memudahkan dalam pengerjaan penggalian. Kendala lain yang ditemui pada titik ini adalah bahwa pada lubang galian tersebut terdapat akar dan tunggul kayu yang masih kuat mencengkeram dalam tanah sehingga tidak mudah untuk diangkat. Untuk membersihkan akar-akar kayu ini digunakan alat bantu berupa kapak dan sinso (chainsaw). 

Selama pengerjaan penggalian lubang ini, terjadi kendala pada alat bantu diantaranya: mesin pompa mengalami putus tali penarik kumparan, air sulit keluar karena sampah masuk ke mesin pompa, mesin sinso mengalami lepas rantai, mata rantai sinso yang cepat aus dan selalu harus member air tambahan untuk memancing pompa agar mampu memompa air setiap kali mesin dihidupkan kembali.



3. Pemasangan dinding pengaman tebing

Pekerjaan selanjutnya yang dilakukan setelah penggalian lubang adalah memasang pengaman tebing. Pemasangan dinding pengaman tebing agar tanah-tanah di daerah tepian lubang yang merupakan tanah bekas galian tidak mengalami runtuh. Jika tanah mengalami runtuh maka dapat menyulitkan dalam proses pembangunan selanjutnya. Pemasangan pengaman tebing dibuat dari papan dan kayu bulat ataupun kayu beloti.



4. Pemasangan cerocok dan penimbunan pasir urug


Pemasangan cerocok pada dasar galian dilakukan untuk memperkuat pondasi dasar bangunan. Pengerjaan pemasangan cerocok ini dilakukan hanya dengan menggunakan tenaga manusia dan tidak menggunakan alat bantu mekanis lain. Kayu-kayu bulat (jenis kayu mahang) yang berukuran 4 m, pada bagian ujungnya dibentuk runcing untuk memudahkan dalam menancapkan kayu cerocok pada dasar tanah. Untuk membantu meruncingkan kayu ini digunakan sinso dan kapak. 
Cerocok ditancapkan kemudian ditekan dengan tenaga manusia hingga pada batas yang tidak bisa ditekan lagi, kemudian digunakan alat bantu berupa pemukul yang terbuat dari kayu hingga batas tertentu, selanjutnya dibantu dengan palu berukuran berat ± 4 kg hingga benar-benar tidak dapat masuk kedalam tanah. Setelah semua cerocok berhasil ditancapkan sesuai dengan ukurannya, maka kayu-kayu cerocok tersebut dirapikan dengan memotong bagian atasnya hingga rata dengan dasar galian. Alat untuk memotong ini digunakan sinso. Untuk meratakan kayu cerocok agar rata dengan dasar galian digunakan alat bantu berupa palu. Karena memasang dan menancapkan cerocok ini menggunakan tenaga manusia, maka pada kondisi ini harus menggunakan tenaga manusia yang relative banyak sehingga membutuhkan kerja secara bergotong royong.
Cerocok yang ditanamkan sampai batas tertentu diratakan bagian permukaannya dengan menggunakan alat bantu berupa chainsaw. Selanjutnya area lubang galian ditimbun dengan tanah urug. Pasir yang digunakan adalah pasir bono (pasir halus dari Sungai Kampar di wilayah setempat hasil sedimentasi). Selama proses pengurugan pasir, mesin pompa air harus terus dioperasikan untuk mengurangi jumlah air yang menggenangi lubang galian. Pasir bono sangat baik digunakan karena dapat membuat tanah dasar galian menjadi padat dan cocok untuk landasan dasar pembuatan lantai kerja.

5. Pembangunan lantai kerja

Setelah tanah urug diratakan, dipasang mal untuk membangun lantai kerja. Lantai kerja dibuat dengan pengecoran tanpa rangka besi. Lantai kerja yang dibangun tidak dilapisi dengan rangka besi, tetapi hanya pengecoran beton saja. Bentuk yang dibuat berbentuk hexagonal dan dengan ketebalan pengecoran 12 cm. Campuran beton berupa semen, pasir dan kerikil. Ukuran pencampuran adalah (2-3-3) Setelah semen, pasir, dan kerikil dicampur dan diaduk rata, ditambahkan air secukupnya dan dibiarkan beberapa saat hingga pecampuran beton merata. Setelah itu pengecoran dilakukan. Selama pengecoran dilakukan, mesin pompa air tetap dioperasikan agar air tidak menggenangi daerah pengecoran.

Sebelum pengecoran dilakukan, dibuat cetakan berbentuk hexagonal dari papan dan kayu agar adukan beton yang dituangkan pada saat pengecoran tidak melimpah kemana-mana, dalam arti, bahan adukan beton dicor pada bentuk cetakan yang dibuat tersebut. Alat bantu dalam pengecoran ini adalah gerobak sorong untuk mengangkut pasir, kerikil dan bahan adukan. Untuk mengaduknya digunakan cangkul. Untuk meratakan bahan cor digunakan raskam dan papan perata. 

6. Pembangunan lantai dasar


Pembangunan lantai dasar dengan pemasangan rangka besi terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengecoran dengan menggunakan campuran beton dengan kerikil. Rangka besi digunakan untuk membuat lantai kerja agar kokoh. Rangkaian rangka besi dibuat sebanyak dua lembar rangkaian. Selanjutnya besi yang sudah dirangkai disusun ke dasar lantai kerja dan disusun bersilangan. Setelah rangka besi disusun di lantai kerja, dilakukan pengecoran. Selama masa pengecoran dilakukan, mesin pompa tetap dioperasikan agar air tidak menggenangi daerah pengecoran. Dan dipertahan selama ± 2 jam setelah pengecoran selesai dilakukan.



Setelah tahapan pembangunan lantai dasar selesai, maka langkah berikutnya adalah dengan melanjutkan pembangunan dome utama.(msd/12.4.2013/bersambung)