Pages

Selasa, 25 Juni 2013

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SEMANGKA (Citrullus vulgaris L.) VARIETAS BAGINDA F1 DI LAHAN GAMBUT

Sulaiman
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Abstrak
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2012 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk NPK yang terbaik  pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.) varietas baginda F1 di lahan gambut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 5 taraf dosis yaitu NPK (16:16:16) 0, 30, 60, 90, 120 g/tanaman dengan 3 ulangan. Parameter penelitian meliputi panjang batang utama, jumlah daun batang utama, waktu berbunga, umur panen, , berat buah pertanaman, berat buah per bedeng dan  lingkar buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK (16:16:16) secara nyata meningkatkan jumlah daun batang utama tanaman dan bobot buah per tanaman. Pemberian NPK (16:16:16) 55,93 g/tanaman merupakan dosis optimum yang menghasilkan berat buah per tanaman tertinggi.

Kata Kunci: semangka, NPK (16:16:16), pertumbuhan, hasil, lahan gambut

1.       Pendahuluan

Semangka (Citrullus vulgaris,L.) termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) (Wihardjo, 1993). Buah semangka banyak mengandung air (93%), sementara 7% lainnya berupa vitamin, mineral dan karbohidrat dalam bentuk gula (Kalie, 1991). Usaha tani semangka memberikan keuntungan bagi petani karena umurnya pendek, hasilnya tinggi dan pemasarannya mudah.

Indonesia beriklim tropis, sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman hortikultura. Selain itu juga mempunyai lahan pertanian yang sangat luas yang sangat memungkinkan untuk memproduksi hasil pertanian dalam jumlah besar. Tanaman semangka merupakan salah satu tanaman unggulan yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Usaha peningkatan produksi semangka di Riau ini, dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi memanfaatkan lahan gambut. Menurut Badan Pusat Statistik Riau (2012), luas lahan tanah gambut di Propinsi Riau pada tahun 2012 mencapai 4 juta hektar, dan 1,7 hektar yang dilindungi, dan sisanya itu yang bisa diolah.

Lingga & Marsono (2007) menyatakan, salah satu usaha agar tanaman dapat tumbuh baik pada tanah gambut adalah dengan pemberian kapur yang berguna untuk menetralkan pH tanah tersebut. Lahan gambut merupakan lahan yang memiliki tingkat kemasaman yang tinggi, maka petani selalu menambahkan abu hasil pembakaran dari sisa tanaman, rumput-rumputan dan serasah gambut. Selain pengapuran, pemupukan juga sangat diperlukan untuk peningkatan hasil tanaman, karena pada masa pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur NPK ini sangat diperlukan bagi tanaman semangka baik untuk mendukung pertumbuhan maupun hasil tanaman. Untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman dilakukan penambahan pupuk organik dan anorganik baik berupa pupuk tunggal maupun pupuk majemuk, salah satu jenis pupuk majemuk adalah NPK Mutiara (16:16:16).

Penelitian Sudjianto & Krestiani (2009), perlakuan pemupukan NPK pada dosis 80 g/tanaman, memberikan hasil terbaik pada tanaman melon terlihat dari berat buah per tanaman, per petak dan kadar gula tertinggi. Hasil penelitian Ariani (2009), tentang uji NPK (16:16:16) dan berbagai mulsa pada tanaman cabai menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis pupuk NPK yang diberikan pada berbagai jenis mulsa.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk NPK yang terbaik  pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.) varietas  baginda F1 di lahan gambut. Hipotesis penelitian adalah bahwa Pemberian beberapa dosis pupuk NPK (16:16:16) memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.) varietas baginda F1 di lahan gambut.

2.       Tinjauan Pustaka

Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat. Semangka berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang pesat ke berbagai negara-negara seperti Afrika Selatan, Cina, Jepang dan Indonesia (Damayanti, 2009). Menurut Prajnanta (2003), klasifikasi  tanaman  semangka  sebagai  berikut:  Divisio:  Spermatophyta, Sub-divisio:  Angiospermae,  Kelas:  Dicotyledonae,  Sub-kelas:  Sympetalae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae, Genus: Citrullus, Spesies: Citrullus vulgaris L.

Duljapar & Setyowati (2000) menjelaskan bahwa secara umum semangka butuh tanah yang gembur sedikit berpasir dan cukup tinggi mengandung bahan organik. Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air. Kemasaman (pH) tanah optimal bagi semangka agar dapat tumbuh baik  berkisar 6,5-7,2. Agar diperoleh kondisi pH optimal tersebut, tanah yang bersifat masam (pH kurang dari 6) perlu diberi kapur.

Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan semangka adalah curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Tanaman semangka dapat tumbuh dan berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu kurang lebih 25 °C pada siang hari. Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal penanaman. Kondisi demikian cocok untuk penanaman semangka. Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 100-300 m dpl, namun dapat juga ditanam pada ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas 300 m dpl (Duljapar & Setyowati, 2000).

NPK Mutiara (16:16:16)  adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan. Jumlah kebutuhan pupuk untuk setiap daerah tidaklah sama tergantung pada varietas tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan teknologi usahataninya. Oleh karena itu, harus benar-benar memperhatikan anjuran pemupukan agar jaminan peningkatan produksi per hektar dapat tercapai (Rukmi, 2010).

Darmawi, (1999) cit. Fauzi, (2010) menjelaskan tanah gambut merupakan akumulasi sisa-sisa tanaman yang mengalami humifikasi lebih besar dari mineralisasi pada kadar air yang berlebihan dan membentuk endapan-endapan yang mengandung bahan organik dalam persentase yang sangat tinggi. Lahan gambut mempunyai kandungan bahan organik lebih besar dari 20% atau mempunyai ketebalan bahan organik lebih besar dari 50 cm.

Lahan gambut yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan disarankan pada gambut dangkal (< 100 cm). Dasar pertimbangannya adalah gambut dangkal memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan memiliki resiko lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut dalam. Secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman yang bersifat racun bagi tanaman, sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung terhadap produktivitasnya. Sementara itu, secara fisik tanah gambut bersifat lebih berpori dibandingkan tanah mineral. Hal ini akan mengakibatkan cepatnya pergerakan air pada gambut yang belum terdekomposisi dengan sempurna, sehingga jumlah air bagi tanaman sangat terbatas (Agus & Subiksa, 2008).

3.       Bahan dan Metode

Bahan yang digunakan adalah benih semangka varietas baginda F1, mulsa plastik hitam perak, pupuk kandang ayam, polybag dan pupuk NPK (16:16:16). Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, parang, gembor, kamera digital dan alat tulis.

Metode penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu  faktor yaitu pemberian pupuk NPK yang terdiri dari 5 taraf dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah perbedaan NPK 16 : 16 : 16 dengan dosis M0= 0 g/tanaman; M1= 30 g/tanaman; M2 = 60 g/tanaman; M3 = 90 g/tanaman; M4 = 120 g/tanaman.
Pengamatan dilakukan terhadap setiap unit percobaan dengan sampel berjumlah sebanyak 3 tanaman. Parameter yang diamati adalah (1) panjang batang utama (cm); (2) jumlah daun batang utama (helai); (3) umur berbunga (hari); (4) umur panen (hari); (5) bobot buah (kg); dan (6) lingkar buah (cm).

Hasil pengamatan tiap perlakuan diolah secara statistik dengan menggunakan Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagaimana tabel berikut.

Tabel 1.      Sidik Ragam

  Sumber
Keragaman
  (SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung
F Hitung
0,05
0,01
Perlakuan
r -1
JKK
KTP
KTK/KTG
-
-
Kelompok
t -1
JKP
KTK
KTP/KTG
-
-
Galat
(r-1) (t-1)
JKG
KTG



Total
tr-1
JKT






Uji yang digunakan uji Jarak Duncan (UJD). Model matematis yang digunakan menurut Mattjik & Sumertajaya (2006) sebagai berikut:


Yij = µ + + Î±Î²+ εij

Keterangan:

Yij : Hasil pengamatan pada perlakuan taraf  kei dan ulangan ke j
µ    : Nilai tengah
αi    : Pengaruh perlakuan ke i
βj    : Pengaruh ulangan ke j
εij  : Pengaruh galat perlakuan kei dan ulangan kej

4.       Hasil dan Pembahasan

4.1     Panjang Batang Utama

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap panjang batang utama pada pengamatan minggu ke-6. Rerata pemberian  NPK terhadap panjang batang utama dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.      Panjang batang utama semangka pada pemberian NPK.

NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
Panjang batang utama (cm)
6 MST
0
268,89
30
286,22
60
313,89
90
316,00
120
281,67
Tabel 2. menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang batang utama semangka. Hal ini diduga lahan yang digunakan selama penelitian sudah pernah diolah, yaitu dengan melakukan pengapuran dan pemberian abu janjang kelapa sawit.

4.2     Jumlah Daun Batang Utama

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian NPK sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun batang utama semangka pada pengamatan minggu ke-6. Rerata pemberian NPK terhadap jumlah daun batang utama tanaman semangka dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.      Jumlah daun batang utama pada pemberian NPK


NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
Jumlah daun batang utama (helai)
6 MST
0
51,89 b
30
50,56 b
60
73,67 a
90
75,33 a
120
69,00 a
Keterangan:  Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut UJD

Tabel 3. menunjukkan bahwa pada umur 6 minggu setelah tanam pemberian NPK dengan dosis 60 g/tanaman secara nyata mempunyai jumlah daun batang utama yang lebih banyak dibandingkan tanpa NPK dan 30 g/tanaman. Pemberian NPK dengan dosis 60, 90 dan 120 g/tanaman menghasilkan jumlah daun batang utama yang tidak berbeda nyata. Pada dosis NPK 60, 90 g/tanaman jumlah daun yang dihasilkan meningkat seiring penambahan dosis NPK. Akan tetapi ketika dosis pupuk NPK ditingkatkan menjadi 120 g/tanaman pertumbuhan rerata jumlah daun mengalami penurunan yaitu: 69,00 helai.

4.3     Umur Berbunga

Hasil pengamatan umur mulai berbunga pada tanaman semangka tidak terdapat perbedaan dari beberapa dosis pupuk NPK yang dicobakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan umur berbunga semangka relatif sama yaitu 19 – 22 hari setelah tanam. Semakin besar dosis NPK yang diberikan semakin cepat tanaman mengalami pembungaan. Hal ini memperlihatkan bahwa pupuk NPK (16:16:16) dapat mempercepat proses pembungaan tanaman semangka.

4.4     Umur Panen

Hasil pengamatan umur panen tanaman semangka tidak terdapat perbedaan dari beberapa dosis pupuk NPK yang dicobakan. Umur panen pada beberapa dosis pupuk NPK yaitu 51 hari setelah bibit dipindahkan ke lahan. Pemanenan mulai dilakukan pada saat semangka telah memenuhi kriteria panen yaitu saat buah dipukul dengan tangan berbunyi lenting dan berat, tangkai buah berubah warna menjadi coklat, kulit buah di bawah putih berubah jadi kuning dan sulur yang berada pada ketiak daun pada tangkai buah sudah mengering. Panen yang terlalu awal akan menghasilkan semangka berkualitas rendah, seperti buahnya berwarna pucat. Sebaliknya, menunda pemanenan akan menyebabkan buah busuk. Apabila dibandingkan dengan deskripsinya, umur panen semangka varietas Baginda F1 adalah 55 – 60 hari, sedangkan berdasarkan hasil pengamatan adalah 51 hari artinya umur panen lebih cepat dibandingkan deskripsinya. Perbedaan umur panen diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu dan kondisi tanah. Berdasarkan hasil pantauan BMKG Pekanbaru pada bulan Juni – Agustus 2012 suhu untuk wilayah Pekanbaru berkisar 27,2 0C – 28,1 0C.

4.5     Bobot Buah

Hasil  analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot buah per tanaman. Rerata bobot buah per tanaman beberapa dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 1 dan bobot buah per bedeng ditunjukkan pada Tabel 4.


Gambar 1. Kurva regresi bobot buah per tanaman

Gambar 1. memperlihatkan hasil regresi kuadratik penambahan pupuk NPK terhadap bobot buah per tanaman dengan persamaan Y = a + b1X + b2X2 dengan X maksimal 55,93. Hal ini menunjukkan bahwa bobot buah per tanaman menghasilkan bobot buah tertinggi atau maksimum pada pemberian pupuk NPK 55,93 g/tanaman. Pemberian pupuk NPK dengan dosis lebih dari 55,93 justru akan menurunkan bobot buah per tanaman.

Tabel 4.      Bobot buah per bedeng pada pemberian pupuk NPK.


NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
Bobot buah per bedeng (kg)
0
16,41


30
19,33


60
23,19


90
23,06


120
15,46



Bobot buah per bedeng menunjukkan hasil berbanding lurus dengan bobot buah per tanaman. Pemberian pupuk 60 g/tanaman menghasilkan bobot buah per bedeng lebih tinggi dibandingkan dengan dosis yang lain akan tetapi tidak berbeda nyata.

4.6     Lingkar Buah

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap lingkar buah. Rerata lingkar buah semangka pada beberapa dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.      Lingkar buah tanaman semangka pada pemberian pupuk NPK.


NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
Lingkar buah (cm)
0
41,28


30
45,79


60
43,05


90
40,96


120
31,08



Tabel 5. menunjukkan bahwa pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap lingkar buah. Hal ini diduga karena  faktor genetik dan lingkungan. Salah satunya yaitu curah hujan. Pupuk NPK yang telah diberikan diduga tercuci oleh air hujan sehingga tidak mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Hal ini didukung oleh Loveless (1988), menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik akan lebih dominan apabila faktor-faktor lingkungan masih dikendalikan oleh genetik tanaman, demikian juga sebaliknya faktor genetik akan dipengaruhi oleh lingkungan apabila kondisi lingkungan tersebut lebih kuat dominasinya.

5.       Kesimpulan dan Saran

5.1     Kesimpulan

Pemberian NPK dengan dosis 55,93 g/tanaman merupakan dosis optimum untuk meningkatkan berat buah per tanaman semangka.

Pemberian berbagai dosis NPK (16: 16: 16) pada dosis di atas 60 g/tanaman meningkatkan jumlah daun batang utama.

5.2     Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan semangka dapat ditanam di lahan gambut menggunakan pupuk NPK (16: 16: 16) dengan dosis 55,93 g/tanaman.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Indah Permanasari, S.P., M.P. dan Aulia Rani Annisava, S.P., M.Sc. yang selama ini telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

Daftar Pustaka

Agus, F. Dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforesty Centre (ICRAF). Bogor. 36 hal.
Ariani, E. 2009. Uji Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dan Berbagi Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annum L). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru. SAGU. 8(1) : 5-9.
Badan Pusat Statistik Riau. 2012. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Riau. Riau dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Pekanbaru. 518 hal.
Damayanti, M.N. 2009. Kajian keberhasilan pelaksanaan kemitraan dalam meningkatkan pendapatan antara petani semangka di kabupaten kebumen Jawa Tengah dengan CV Bimandiri. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 125 hal.
Duljapar, K. dan R.N. Setyowati. 2000. Petunjuk Bertanam Semangka Sistem Turus. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hal.
Fauzi. 2010. Uji Beberapa Jenis Mikroorganisme Selulolitik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) di Lahan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru. 35 Hal.
Kalie, M.B. 1991. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta.77 hal.
Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Loveless, R.A. 1988. Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia. Jakarta. 86 hal.
Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Semangka Non-Biji. Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hal.
Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan Kalium dan Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muria, Kudus.
Sudjianto, U dan V. Krestiani. 2009. Studi pemulsaan dan dosis NPK pada hasil buah melon (Cucumis melo L). Jurnal Sains dan Teknologi. 2 (2) : 7-18 .

Wihardjo, F.A.S. 1993. Bertanam Semangka. Kanisius. Yogyakarta. 107 hal.

1 komentar: