Sulaiman
Mahasiswa
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Abstrak
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2012 di lahan percobaan Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk
NPK yang terbaik pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.) varietas baginda F1 di lahan gambut.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang
terdiri atas 5 taraf dosis yaitu NPK (16:16:16) 0, 30, 60, 90, 120 g/tanaman
dengan 3 ulangan. Parameter penelitian meliputi panjang batang utama, jumlah
daun batang utama, waktu berbunga, umur panen, , berat buah pertanaman, berat
buah per bedeng dan lingkar buah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK (16:16:16) secara nyata
meningkatkan jumlah daun batang utama tanaman dan bobot buah per tanaman.
Pemberian NPK (16:16:16) 55,93 g/tanaman merupakan dosis optimum yang
menghasilkan berat buah per tanaman tertinggi.
Kata Kunci: semangka, NPK (16:16:16),
pertumbuhan, hasil, lahan gambut
1. Pendahuluan
Semangka (Citrullus
vulgaris,L.) termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) (Wihardjo, 1993). Buah semangka banyak mengandung
air (93%), sementara 7% lainnya berupa vitamin, mineral dan karbohidrat dalam bentuk gula (Kalie,
1991). Usaha tani semangka memberikan keuntungan bagi petani karena umurnya
pendek, hasilnya tinggi dan pemasarannya mudah.
Indonesia beriklim tropis, sehingga sangat cocok untuk membudidayakan
tanaman hortikultura. Selain
itu juga mempunyai lahan pertanian yang sangat luas yang sangat memungkinkan
untuk memproduksi hasil pertanian dalam jumlah besar. Tanaman semangka
merupakan salah satu tanaman unggulan yang perlu mendapatkan perhatian diantara
tanaman-tanaman hortikultura. Usaha peningkatan
produksi semangka di Riau ini, dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi memanfaatkan lahan gambut.
Menurut Badan Pusat Statistik Riau (2012), luas lahan
tanah gambut di Propinsi Riau pada tahun 2012 mencapai 4 juta hektar, dan 1,7 hektar yang
dilindungi, dan sisanya itu yang bisa diolah.
Lingga & Marsono (2007) menyatakan, salah satu usaha agar tanaman dapat
tumbuh baik pada tanah gambut adalah dengan pemberian kapur yang berguna untuk
menetralkan pH tanah tersebut. Lahan gambut merupakan lahan yang memiliki tingkat
kemasaman yang tinggi, maka petani selalu menambahkan abu hasil pembakaran dari
sisa tanaman, rumput-rumputan dan serasah gambut. Selain
pengapuran, pemupukan juga sangat diperlukan untuk peningkatan hasil tanaman,
karena pada masa
pertumbuhan,
tanaman memerlukan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dan
kalium (K). Unsur NPK ini sangat diperlukan
bagi tanaman semangka baik untuk mendukung pertumbuhan maupun hasil tanaman. Untuk mencukupi kebutuhan unsur
hara tanaman dilakukan penambahan pupuk organik dan anorganik baik berupa pupuk
tunggal maupun pupuk majemuk, salah satu jenis pupuk majemuk adalah NPK Mutiara (16:16:16).
Penelitian Sudjianto & Krestiani (2009), perlakuan pemupukan NPK pada dosis 80
g/tanaman, memberikan hasil terbaik pada tanaman melon terlihat
dari berat buah per tanaman, per
petak dan kadar gula tertinggi. Hasil penelitian Ariani (2009), tentang uji NPK
(16:16:16) dan berbagai mulsa pada tanaman cabai menunjukkan hasil yang berbeda
nyata. Jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman semakin meningkat
dengan semakin tingginya dosis pupuk NPK yang diberikan pada berbagai jenis
mulsa.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk NPK yang terbaik pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus
vulgaris L.) varietas baginda F1 di lahan gambut. Hipotesis
penelitian adalah bahwa Pemberian
beberapa dosis pupuk NPK (16:16:16) memberikan pengaruh
yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus
vulgaris L.) varietas baginda F1 di lahan gambut.
2. Tinjauan Pustaka
Semangka merupakan tanaman
buah berupa herba yang tumbuh merambat. Semangka berasal dari daerah kering
tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang pesat ke berbagai negara-negara
seperti Afrika Selatan, Cina, Jepang dan Indonesia (Damayanti, 2009). Menurut Prajnanta (2003), klasifikasi
tanaman semangka sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta,
Sub-divisio: Angiospermae, Kelas:
Dicotyledonae,
Sub-kelas:
Sympetalae,
Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae, Genus: Citrullus, Spesies: Citrullus vulgaris L.
Duljapar &
Setyowati (2000) menjelaskan bahwa secara umum semangka
butuh tanah yang gembur sedikit berpasir dan cukup tinggi mengandung bahan
organik. Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah
porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air. Kemasaman (pH) tanah optimal bagi semangka
agar dapat tumbuh baik berkisar 6,5-7,2.
Agar diperoleh kondisi pH optimal tersebut, tanah yang bersifat masam (pH kurang dari 6) perlu diberi
kapur.
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan semangka adalah curah hujan yang ideal untuk
areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman
semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Tanaman semangka
dapat tumbuh dan berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu kurang lebih
25 °C pada siang hari. Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari
menyinari areal penanaman. Kondisi demikian cocok untuk penanaman semangka.
Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 100-300 m
dpl, namun dapat juga ditanam pada ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas
300 m dpl (Duljapar & Setyowati, 2000).
NPK Mutiara (16:16:16) adalah pupuk
dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan
sampai akhir pertumbuhan. Jumlah kebutuhan pupuk untuk setiap daerah tidaklah sama
tergantung pada varietas tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan teknologi
usahataninya. Oleh karena itu, harus benar-benar memperhatikan anjuran
pemupukan agar jaminan peningkatan produksi per hektar dapat tercapai (Rukmi,
2010).
Darmawi, (1999) cit.
Fauzi, (2010) menjelaskan tanah gambut merupakan
akumulasi sisa-sisa tanaman yang mengalami humifikasi lebih besar dari
mineralisasi pada kadar air yang berlebihan dan membentuk endapan-endapan yang
mengandung bahan organik dalam persentase yang sangat tinggi. Lahan gambut
mempunyai kandungan bahan organik lebih besar dari 20% atau mempunyai ketebalan
bahan organik lebih besar dari 50 cm.
Lahan gambut yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman
pangan disarankan pada gambut dangkal (< 100 cm). Dasar pertimbangannya
adalah gambut dangkal memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan
memiliki resiko lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut dalam. Secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh
asam-asam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman yang bersifat racun bagi tanaman, sehingga mengganggu
proses metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung terhadap
produktivitasnya. Sementara itu, secara fisik tanah gambut bersifat lebih
berpori dibandingkan tanah mineral. Hal ini akan mengakibatkan cepatnya
pergerakan air pada gambut yang belum terdekomposisi dengan sempurna, sehingga
jumlah air bagi tanaman sangat terbatas (Agus & Subiksa, 2008).
3. Bahan dan Metode
Bahan yang digunakan
adalah benih semangka varietas baginda F1, mulsa plastik hitam perak, pupuk kandang ayam, polybag dan pupuk NPK (16:16:16). Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, meteran,
parang, gembor, kamera digital dan alat tulis.
Metode penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu
faktor
yaitu pemberian pupuk NPK yang terdiri dari 5 taraf
dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah perbedaan NPK
16 : 16 : 16 dengan dosis M0=
0
g/tanaman; M1= 30
g/tanaman; M2
= 60 g/tanaman; M3
= 90 g/tanaman; M4
= 120 g/tanaman.
Pengamatan
dilakukan terhadap setiap unit percobaan dengan sampel berjumlah sebanyak 3
tanaman. Parameter yang diamati adalah (1) panjang batang utama (cm); (2)
jumlah daun batang utama (helai); (3) umur berbunga (hari); (4) umur panen
(hari); (5) bobot buah (kg); dan (6) lingkar buah (cm).
Hasil pengamatan tiap perlakuan diolah secara statistik dengan menggunakan
Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagaimana
tabel berikut.
Tabel 1. Sidik
Ragam
Sumber
Keragaman
(SK)
|
Derajat
Bebas
(DB)
|
Jumlah
Kuadrat
(JK)
|
Kuadrat
Tengah
(KT)
|
F Hitung
|
F Hitung
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Perlakuan
|
r -1
|
JKK
|
KTP
|
KTK/KTG
|
-
|
-
|
Kelompok
|
t -1
|
JKP
|
KTK
|
KTP/KTG
|
-
|
-
|
Galat
|
(r-1) (t-1)
|
JKG
|
KTG
|
|
|
|
Total
|
tr-1
|
JKT
|
|
|
|
|
Uji yang digunakan uji Jarak Duncan (UJD). Model matematis yang digunakan menurut Mattjik & Sumertajaya (2006) sebagai berikut:
Yij = µ + + αi + βj + εij
Keterangan:
Yij : Hasil pengamatan pada perlakuan taraf kei dan ulangan ke j
µ : Nilai
tengah
αi : Pengaruh perlakuan ke i
βj : Pengaruh ulangan ke j
εij : Pengaruh galat perlakuan kei
dan ulangan kej
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Panjang
Batang Utama
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK
tidak berpengaruh nyata terhadap
panjang batang utama pada pengamatan minggu ke-6. Rerata pemberian NPK terhadap panjang batang utama
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang batang utama semangka pada pemberian NPK.
NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
|
Panjang batang utama
(cm)
|
6 MST
|
|
0
|
268,89
|
30
|
286,22
|
60
|
313,89
|
90
|
316,00
|
120
|
281,67
|
Tabel 2. menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang batang utama semangka. Hal ini diduga lahan yang digunakan selama penelitian sudah pernah diolah, yaitu dengan melakukan pengapuran dan pemberian abu janjang kelapa sawit.
4.2 Jumlah
Daun Batang Utama
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian NPK
sangat berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun batang utama semangka pada pengamatan minggu ke-6. Rerata pemberian NPK terhadap jumlah daun batang utama
tanaman semangka dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah
daun batang utama pada pemberian NPK
NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
|
Jumlah daun batang utama
(helai)
|
6 MST
|
|
0
|
51,89 b
|
30
|
50,56 b
|
60
|
73,67 a
|
90
|
75,33 a
|
120
|
69,00 a
|
Keterangan: Angka-angka
pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% menurut UJD
Tabel 3.
menunjukkan bahwa pada umur 6 minggu setelah tanam pemberian NPK dengan dosis 60
g/tanaman secara nyata mempunyai jumlah daun batang utama yang lebih banyak
dibandingkan tanpa NPK dan 30 g/tanaman. Pemberian NPK dengan dosis 60, 90 dan 120 g/tanaman menghasilkan jumlah daun batang
utama yang tidak berbeda nyata. Pada dosis NPK 60, 90 g/tanaman jumlah daun
yang dihasilkan meningkat seiring penambahan dosis NPK. Akan tetapi
ketika dosis pupuk NPK ditingkatkan menjadi 120 g/tanaman pertumbuhan rerata
jumlah daun mengalami penurunan yaitu: 69,00 helai.
4.3 Umur
Berbunga
Hasil pengamatan umur mulai berbunga pada tanaman semangka tidak terdapat
perbedaan dari beberapa dosis pupuk NPK yang dicobakan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan umur berbunga semangka
relatif sama yaitu 19 – 22 hari setelah tanam. Semakin besar
dosis NPK yang diberikan semakin cepat tanaman mengalami pembungaan. Hal ini memperlihatkan bahwa pupuk NPK (16:16:16)
dapat mempercepat proses pembungaan tanaman semangka.
4.4 Umur
Panen
Hasil pengamatan umur
panen tanaman semangka tidak terdapat perbedaan dari beberapa dosis pupuk NPK yang dicobakan. Umur panen pada beberapa dosis pupuk NPK yaitu 51 hari setelah bibit dipindahkan
ke lahan. Pemanenan mulai
dilakukan pada saat semangka telah memenuhi kriteria panen yaitu saat buah
dipukul dengan tangan berbunyi lenting dan berat, tangkai buah berubah warna
menjadi coklat, kulit buah di bawah putih berubah jadi kuning dan sulur yang
berada pada ketiak daun pada tangkai buah sudah mengering. Panen
yang terlalu awal akan menghasilkan semangka berkualitas rendah, seperti
buahnya berwarna pucat. Sebaliknya, menunda pemanenan akan menyebabkan buah
busuk. Apabila dibandingkan dengan deskripsinya, umur panen semangka varietas Baginda F1 adalah 55 – 60 hari, sedangkan
berdasarkan hasil pengamatan adalah 51 hari artinya umur panen lebih cepat dibandingkan
deskripsinya. Perbedaan umur panen diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
seperti suhu dan kondisi tanah. Berdasarkan hasil pantauan BMKG Pekanbaru pada bulan Juni
– Agustus 2012 suhu untuk wilayah Pekanbaru berkisar
27,2 0C
– 28,1 0C.
4.5 Bobot Buah
Hasil
analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot buah per tanaman. Rerata bobot buah per tanaman beberapa dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 1
dan bobot buah per bedeng ditunjukkan pada Tabel 4.
Gambar
1. Kurva regresi bobot buah per tanaman
Gambar 1. memperlihatkan hasil regresi kuadratik penambahan pupuk NPK terhadap bobot buah per tanaman dengan persamaan Y = a + b1X + b2X2 dengan X maksimal 55,93. Hal ini menunjukkan bahwa bobot buah per tanaman menghasilkan bobot buah tertinggi atau maksimum pada pemberian pupuk NPK 55,93 g/tanaman. Pemberian pupuk NPK dengan dosis lebih dari 55,93 justru akan menurunkan bobot buah per tanaman.
Tabel 4.
Bobot buah per bedeng pada pemberian pupuk NPK.
NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
|
Bobot buah per bedeng
(kg)
|
||
0
|
16,41
|
|
|
30
|
19,33
|
|
|
60
|
23,19
|
|
|
90
|
23,06
|
|
|
120
|
15,46
|
|
|
4.6 Lingkar
Buah
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk NPK
tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap lingkar buah.
Rerata lingkar buah semangka pada beberapa dosis pupuk
NPK dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Lingkar buah tanaman semangka pada pemberian pupuk NPK.
NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
|
Lingkar buah (cm)
|
||
0
|
41,28
|
|
|
30
|
45,79
|
|
|
60
|
43,05
|
|
|
90
|
40,96
|
|
|
120
|
31,08
|
|
|
5. Kesimpulan
dan Saran
5.1 Kesimpulan
Pemberian NPK dengan dosis 55,93 g/tanaman merupakan dosis optimum untuk
meningkatkan berat buah per tanaman semangka.
Pemberian berbagai dosis NPK (16: 16: 16) pada dosis di atas 60 g/tanaman
meningkatkan jumlah daun batang utama.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil
penelitian ini penulis menyarankan semangka dapat ditanam di lahan gambut
menggunakan pupuk NPK (16: 16: 16) dengan dosis 55,93 g/tanaman.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Indah Permanasari, S.P., M.P. dan Aulia Rani Annisava, S.P., M.Sc. yang
selama ini telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Daftar Pustaka
Agus, F. Dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan
Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World
Agroforesty Centre (ICRAF). Bogor. 36 hal.
Ariani, E. 2009. Uji Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dan Berbagi Jenis Mulsa
Terhadap Hasil Tanaman Cabai (Capsicum
annum L). Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru. SAGU. 8(1) : 5-9.
Badan
Pusat Statistik Riau. 2012. Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Riau. Riau dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Pekanbaru. 518
hal.
Damayanti, M.N. 2009. Kajian keberhasilan pelaksanaan kemitraan dalam meningkatkan pendapatan antara petani semangka di kabupaten kebumen Jawa Tengah dengan CV Bimandiri. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 125 hal.
Duljapar,
K. dan R.N. Setyowati. 2000. Petunjuk
Bertanam Semangka Sistem Turus. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hal.
Fauzi.
2010. Uji Beberapa Jenis Mikroorganisme Selulolitik terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kedelai (Glycine max L.) di
Lahan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru. 35
Hal.
Kalie,
M.B. 1991. Bertanam Semangka. Penebar
Swadaya. Jakarta.77 hal.
Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunan Pupuk. Penebar
Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Loveless,
R.A. 1988. Prinsip Biologi Tumbuhan untuk
Daerah Tropik. PT. Gramedia. Jakarta. 86 hal.
Prajnanta,
F. 2003. Agribisnis Semangka Non-Biji.
Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hal.
Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan
Kalium dan Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Muria, Kudus.
Sudjianto, U dan V. Krestiani. 2009. Studi pemulsaan dan dosis NPK pada hasil buah melon (Cucumis melo L). Jurnal Sains dan
Teknologi. 2 (2) : 7-18 .
Wihardjo, F.A.S. 1993. Bertanam
Semangka. Kanisius. Yogyakarta. 107 hal.